VIVA - Menutup perhelatan mode Jakarta Fashion Week 2014, lima desainer ternama menampilkan karya terbaik mereka di panggung mode Dewi Fashion Knight, Senayan City, Jakarta, Jumat malam, 25 Oktober 2013. Lima desainer tersebut adalah Tex Saverio, Oscar Lawalata, Batik Populo, Priyo Oktaviano, dan Toton Januar.
Tex Saverio, desainer muda berbakat ini tak henti-hentinya menciptakan karya yang menarik perhatian. Setelah di hari pertama, Tex merilis koleksi siap pakainya, kini di malam penutupan, ia menyuguhkan karya couturedari lini pertamanya.
Tex hanya menyajikan lima koleksi dari lini couture-nya tersebut. Jumlahnya memang tak banyak, karena koleksinya ini menggunakan teknik 3D printing, yang begitu rumit dan memakan waktu hingga tiga bulan.
"Saya mengeksplor teknik baru dengan memasukkan unsur teknologi 3D printing. Saya belajar software, mulai dari tahap scanning 3 dimensi, kami pikirkan konstruksi yang nggak cuma sekadar tempel, tapi bisa menopang dan dipakai," ungkap Tex di Fashion Tent Jakarta Fashion Week 2014, Senayan City, Jakarta.
Koleksinya didominasi dengan palet dasar hitam dan padanan warna metalik. Terdiri atas gaun panjang yang memukau dengan tenik 3D printing sebagai ornamen sulur di bagian dada hingga aksesori. Gaun-gaun tersebut semakin memukau dengan tambahan jubah hitam dan rok panjang lebar.
Koleksi Oscar Lawalata juga didominasi dengan warna hitam. Ia memadukan atasan dengan celana flare atau pipa. Ada juga yang dipadu dengan rok midi berpotongan A-line.
Busananya kali ini terlihat edgy dan modern dengan celana kulot yang tampak seperti rok panjang. Beberapa atasan hadir dengan detail cut-out yang dipadu bersama bahan sheer, atau detail draperi.
Selain hitam, Oscar menampilkan busana dengan palet warna yang lebih cerah. Seperti putih, merah, pink, oranye, dan ungu. Koleksinya terlihat feminin dengan siluet loose. Terlihat dari dress berdetail flare di bagian bawah, atau dress berpotongan A-line.
Koleksi Batik Populo juga tak kalah cantik. Sang desainer, Bai, menggandeng Ari Wibowo dan Rio Dewanto sebagai model. Koleksi batiknya terlihat lebih modern dengan motif garis dan geometris. Ia juga menyajikan dress lipit pada bagian bawah dan lengan yang lebih bervolume.
Ada juga dress pendek dengan garis leher V memanjang dan rok A-line. Potongan leher V juga dijadikan jumpsuit penuh motif yang terkesan retro. Untuk koleksi pria, Bai menghadirkan setelan kemeja dan celana panjang atau pendek yang bermotif serupa. Koleksi batiknya kali ini didominasi dengan warna-warna cerah, seperti hijau, biru dan oranye.
Lewat tema "Galore", Priyo Oktaviano mengeksplorasi keindahan tenun Tapis Lampung yang identik dengan benang emasnya. Kain tradisi ini diaplikasikannya menjadi 12 set busana berpotongan tegas, kuat, dan terkesan androgini.
Mulai dari dress panjang berkerah halter neck, atau yang penuh detail emas dengan tambahan flare dari kain hitam di pinggang sebagai pemanis. Ada juga yang terdiri atas atasan cutting boxy dan celana pipa atau celana pendek.
Sedangkan Toton Januar menghadirkan tema "The Sultan and the Mermaid Queen" dengan gaya yang futuristik. Inspirasinya datang dari keindahan bawah laut, dengan koleksi busana yang didominasi warna hijau kebiruan di samping warna putih yang menjadi benang merahnya.
Permainan payet dan bordir banyak digunakan sebagai detail. Rangkaian koleksinya terdiri atas gaun panjang dengan potongan sheer di bagian bawah. Atau jaket dengan potongan tegas terstruktur.
