TEMPO.CO, Jakarta - Siapa pernah membayangkan miniatur superhero atau berbagai pajangan bisa dicetak sendiri? Sebelumnya, produk seperti ini hanya bisa dibeli di toko.
Kini ada teknologi bernama 3D printing yang memungkinkan setiap orang mencetak berbagai bentuk obyek lewat mesin cetak khusus.
"3D printing jelas sangat praktis untuk membuat prototipe. Bayangkan saja jika seorang desainer harus mempresentasikan suatu produk sesuai dengan ukuran aslinya," kata kreator mesin cetak 3D asal Indonesia, Johanes Djauhari, kepada Tempo, dua pekan lalu. Johanes mengatakan Indonesia memiliki peluang yang sangat besar dalam pemanfaatan teknologi ini.
Situs 3DPrinting.com menyebutkan 3D printing adalah pembuatan obyek tiga dimensi atau solid yang menggunakanfile digital. "Proses dilakukan dengan cara pencetakan berulang," demikian ditulis di situs itu.
Langkah pertama yang harus dilakukan dalam membuat obyek 3D adalah membuat rancangan virtual atas obyek yang diinginkan. Rancangan virtual dibuat menggunakan fileberbasis computer aided design (CAD) lewat program 3Dmodeling atau pemindai 3D.
Selanjutnya, file siap diunggah ke printer 3D. Printer akan menciptakan obyek lapis demi lapis. Tidak semua mesin cetak 3D menggunakan teknologi yang sama. Ada sejumlah cara untuk mencetak obyek tiga dimensi ini.
Ketika teknologi ini muncul pada 2012, beberapa mesin menggunakan metode pelelehan material untuk membentuk lapisan obyek. Ada juga yang menggunakan laser sintering(SLS) atau fused deposition modeling (FDM).
Selain itu, terdapat metode pencetakan dengan menggunakan material cair. "Cara semacam ini disebut sebagai stereolithography," kata situs 3D Printing.
Berbagai cara dipilih untuk memudahkan pengguna dalam menciptakan obyek. Lantas, apa manfaat 3D printing? Teknologi tersebut awalnya identik dengan arsitektur, yakni digunakan untuk dalam membuat maket bangunan.
"Kini 3D printing memegang peranan penting dalam perkembangan industri di masa mendatang," ujar Eddie Krassenstein, penulis artikel dalam situs 3D Print. Sekarang para ahli telah mengembangkan teknologi mencetak pakaian hingga bagian tubuh tertentu, seperti hidung atau telinga.
